Rabu, 03 Maret 2010

Mencintai Seseorang yang Tak Sempurna dengan Cara yang Sempurna (Ida Laksmi dan Novarina)


Mencintai Seseorang yang Tak Sempurna dengan Cara yang Sempurna
-The Power of We-

Hmm…indahnya kalimat itu…
Sejak beberapa bulan yang lalu, tepatnya sejak pertama kali kita mengetahui dan mulai mengenali sosok para istri yang suami-suaminya terlibat dalam kasus pembunuhan Nasruddin Zulkarnaen, direktur PT. Putra Rajawali Banjaran itu, kita begitu kagum dan salut dengan sosok para wanita yang berada di belakang para terdakwa kasus ini; Ida Laksmi yang merupakan istri Antasari Azhar dan Novarina, istri dari Williardi Wizar.

Sebenarnya banyak istri-istri lain yang juga seperti mereka, yang mungkin perjuangannya untuk tetap mendukung sang suami yang sedang ditimpa cobaan tak kalah luar biasa. Tapi kali ini cukuplah mereka yang kujadikan contoh karena bagiku saat ini, mereka adalah figur istri yang begitu menginspirasi. Di tengah cobaan yang menurutku sudah sangat berat, mereka tetap bisa tegar dan berdiri tegak menghadapi apapun yang akan terjadi, tanpa terlihat menangis. Ketika suami-suami mereka dihujat, dihinakan, dipojokkan, atau mungkin difitnah dengan keji, mereka tetap tersenyum dan ramah menjawab pertanyaan-pertanyaan para wartawan yang mungkin penasaran dengan sikap mereka yang tetap saja terlihat anggun tanpa beban. Bahkan ketika suami-suami mereka akhirnya divonis hukuman yang begitu berat.

Kita jadi berpikir, bagaimana hidup mereka bila suami yang selama ini menjadi pendamping mesti menjadi orang terhukum di penjara? Bagaimana mereka menjalani hari-hari dengan label “istri seorang pembunuh”, “istri seorang laki-laki yang suka main perempuan”, atau bahkan “istri seorang pengkhianat”?. Bagaimana mereka mengendalikan emosi mereka sehingga tak tampak kesedihan dan duka yang mendalam di wajah-wajah mereka? Bahkan, justru mereka lah yang menularkan semangat dan ketegaran bagi sang suami saat sang suami hampir jatuh depresi, sehingga sang suami bisa kembali bangkit dan tegar menghadapi apapun yang akan terjadi. Bagiku, mereka adalah para istri yang luar biasa.

Di saat istri-istri yang lain sudah menggugat cerai suaminya ketika suaminya ketahuan selingkuh sekali, ketika suaminya ternyata seorang koruptor, ketika suaminya bangkrut dan jatuh miskin, ketika suaminya tergolek tak berdaya karena penyakit ganas yang dideritanya, ketika suaminya tampak sudah tua dan tak tampan lagi. Bahkan kata “cerai” pun harus dikoarkan sedemikian rupa, hingga semua orang di dunia pun tahu prahara rumah tangga mereka yang seharusnya tersimpan rapat dalam kotak privasi.
Dimanakah keikhlasan memaafkan? Dimanakah ketulusan mencinta? Dimanakah cinta yang di awal pernikahan didengung-dengungkan sebagai cinta sejati? Cinta sehidup semati? Cinta pertama dan terakhir? Dimanakah cinta tanpa syarat itu?.

Mengapa saat bias cobaan menghadang, langkah para pecinta ini langsung surut, tak ingin meneruskan lagi perjalanan yang sesungguhnya masih panjang? Mengapa saat cinta tak lagi sama seperti awal mula bercinta, langsung mencari cinta lain yang belum tentu memberikan kepuasan dan kadar cinta yang sama indahnya? Mengapa saat cinta diuji dengan badai yang bertubi-tubi, langsung menyerah kalah seperti pecundang tanpa mau berjuang mempertahankan keutuhannya?

Note :
>> Tulisan ini bukan hanya untuk para istri, tapi juga untuk para suami yang dianugrahkan istri yang tidak sempurna untuk dicintai dengan cara yang sempurna.
>> Tulisan ini juga didedikasikan untuk para calon istri dan calon suami, untuk memandang arti sebuah rumah tangga dengan cara menyeluruh.