Rabu, 04 Februari 2009

Amanah ( sebuah cara pandang baru dari PKS,…...nah lho..?!? )

Dear diary…
Thuesday…..4 February 2009

Amanah
( sebuah cara pandang baru dari PKS,…...nah lho..?!? )

Jadi wakil rakyat itu sesungguhnya amanah yang sangat berat. Ketika kita terpilih setelah dipilih oleh 3.000 suara. Maka sesungguhnya dipundak kita terletak nasib 3.000 jiwa. Ketika kita melakukan kesalahan dalam mengambil kebijakan, atau bahkan sengaja mengambil keuntungan pribadi dalam memutuskan sesuatu. Maka sesungguhnya dosa kita berlipat ganda… Kalau kita mengenal ada amal jaryah… maka mungkin itu akan menjadi dosa jaryah, :p ….. yang tidak terputus-putus..
Indonesia hari ini, lihatlah sungguh fenomena yang luar biasa menyedihkan. Orang-perorang saling menonjolkan, sikut-menyikut, saling menjelek-jelekkan untuk menjadi wakil rakyat. Atau bahkan saling menonjolkan diri untuk menjadi nomor satu dipartai nya masing-masing.
Pola pikirnya yang salah. Memandang wakil rakyat bukan sebagai amanah tetapi sebagai suatu jabatan, kedudukan dan mata pencaharian.

Seharusnya kejadian beberapa hari yang lalu , terbunuhnya seorang Wakil rakyat, seorang Ketua DPRD sumatera Utara, (akibat di demo masalah Pemekaran Kabupaten di SUmut) bisa menyadarkan kita semua bahwa pandangan yang salah tentang wakil rakyat itu harus diubah. Sesungguhnya amanah wakil rakyat sangatlah memiliki tanggung jawab yang sangat berat. Dan Beresiko. Atau kalau bisa kita hindari bersama-sama, sehingga hanya orang-orang yang berkharakter kuatlah, bertanggungjawab penuh, serta memiliki integritas yang tinggi yang akan maju dan layak sebagai pemimpin.
Kita lihat di Siroh (sejarah). Pemilihan khilafah (pemimpin umat) sesungguhnya mengajarkan kita. Ketika mendapat amanah maka masing-masing pemimpin itu berkata “Innalillahi Wainnailaihi Roji’un”. Bahkan tidak jarang para sahabat menangis akan amanah baru yang berat dipikulnya itu. Karena ia sadar, amanah ini akan dipertanggungjawabkannya khelak baik dihadapan manusia maupun Allah SWT.

Kita lihat saja partai-partai yang ada. Apakah mengajarkan kepada para kadernya akan pemahaman ini. Kalo ditanya tentu ya, jawabnya. Tapi marilah kita lihat secara komprehensif sesuai fakta-fakta kecil yang terjadi.
Bukankah rata-rata seseorang yang tadinya bukan termasuk orang yang “punya”, ketika menjadi aleg (anggota Legislatif) lantas menjadi orang yang ‘Punya’. Bahkan bisa jadi lupa daratan. Lantas dimana letak peran edukasi parpol terhadap calon-calonnya. Atau bahkan lebih lanjut bagaimana prefentif system yang akan berlaku kepada para kader-kadernya.
1. Peran Edukasi
Peran Edukasi bukan peran sehari dua hari. Tapi lebih jauh mengubah cara pandang seseorang, dan paradigma berpikir. Yang akan berujung pada akhlak dan moral.
Hal ini hanya akan tercapai dengan pembinaan secara istimroryah alias continyuitas (berkelanjutan) , rutin dan tidak terputus-putus.

2. Peran prefentif system
Lantas ketika kader itu salah, apakah ada yang akan mengingatkannya. Lebih lanjut, apakah semua kader-kader peduli terhadap pemimpinnya, jadi setiap apa yang dilakukan oleh pemimpinnya, maka akan menuai masukan bahkan tidak jarang kritik-kritik membangun.
Apakah ada system control ? , baik dari setiap kader partai ataupun dari partai itu sendiri terhadap orang yang jadi pemimpinnya tersebut. Yang tidak lain adalah dari rasa peduli dan cinta kepada pemimpinnya?

Saya akan bercerita tentang sebuah partai yang saya kenal. Yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS). PKS menurut pandangan saya merupakan partai yang memenuhi kriteria tersebut. Berikut saya jelaskan lebih lanjut.
Yang pertama, di PKS dikenal yang namanya tarbyah Islamyah. Yakni tidak lain cara PKS membina kader-kader secara terus menerus. Terbungkus dengan nilai islam yang tentunya kita sepakat akan nilai-nilai yang diajarkan islam pada khususnya ataupun yang diajarkan agama-agama samawi lainnya adalah nilai kebenaran dan kebaikan. Baik itu keadilan, kejujuran, professional, kepemimpinan, kesederhanaan, keimanan dan lain sebagainya.
Contohnya ketika orang lain meneriakkan “bersih dari korupsi”, maka kader-kader PKS akan sudah lebih jauh mengaplikasikan, yakni tidak mau memakan uang yang tidak jelas asal usulnya (subhat), apalagi yang jelas-jelas uang haram. Karena paradigma berpikirnya sudah lebih dulu diubah akan nilai-nilai positif dan kebaikan. ITu tidak lain didapat dari proses pembinaan. Dan masih banyak lagi contoh lain.
Yang kedua, secara sadar atau tidak, telah terbentuk prefentif system dalam jalannya proses kepemimpinan. Ketika pemimpin salah, maka yang akan marah terlebih dahulu adalah jundi-jundi nya (kader-kader dibawah).
Ada suatu contoh yang saya ambil.
Ketika kita mencalonkan diri jadi caleg di PKS , jangan berharap kita akan mendapatkan sumber kekayaan dari sana. Jadi aleg di PKS yang ada kita akan hidup pas-pasan kalau tidak ada usaha sampingan. Mulai dari persenan yang harus diberikan ke Dakwah jauh lebih besar dari yang diberikan ke keluarga. Belum lagi sumbangan ini sumbangan itu, juga atas nama dakwah.
Maka tanpa tidak sengaja terbentuklah system yang menjadikan aleg-aleg dari PKS tampak sederhana. Bukan karena ingin sederhana, tetapi memang tidak ada materi yang mau dipertontonkan di hadapan publik.
Baru juga aleg PKS punya mobil, kader-kader yang dibawah langsung ribut, wah uang darimana tu….. uang dakwah tuh….. yang zuhud dong akhi (sapaan untuk saudra)…… tawadhu akhi……. Padahal perakara kendaraan, kebutuhan yang mungkin bagi kader2 partai lain merupakan perkara biasa dan lumrah kalau kader punya mobil.
Belum lagi kalau ustad PKS itu punya rumah bagus, harta banyak de el el… bisa-bisa diaudit oleh kader-kadernya sendiri.

Saya jadi teringat akan kisah Khalifah Umar Bin Khatab. Dikisahkan karena anaknya yang memakai baju compang-camping, diledekin teman2nya. Sang anak pun mengadu pada Umar ayahnya. Karena kasihan maka sang khalifah berkeinginan meminjam uang kepada bendaharawan Negara. Tentunya untuk membelikan anaknya baju baru, karena memang Khalifah Umar tidak punya uang pada saat itu. Dan ia mengatakan kepada bendaharawan , bahwa ia akan mengembalikan pinjaman tersebut saat ia gajian bulan depan.
Lantas apa yang dikatakan sang bendaharawan Negara… Wahai umar apakah kau yakin engkau masih hidup bulan depan untuk membayar hutang mu kepada Negara ??? Sang umar tersentak dan ia pun tersadar bahwa ajal di tangan Allah, dan ia takut tidak bisa bayar hutangnya. Maka iapun urung meminjam uang,,,, Subhanallah., Seorang kepala Negara gitu lho……

Cerita diatas tidak lain adalah contoh sadarnya seorang pemimpin bahwa ia adalah harapan masyarakat, dan tanggung jawabnya kepada masyarakat. Juga merupkan contoh kepedulian sang jundi (bawahan) kepada pemimpin, bahkan tidak jarang kritis.

Contoh lain di PKS, baru-baru ini PKS dikabarkan tidak baik. Mengenai perbuatan oknum kader yang pergi ke panti pijat di siang bolong untuk memijat badannya. Hanya memijat badan…, tidak yang lain. Dilihat dari segi hukum manapun di Indonesia, merupakan perbuatan yang tidak melanggar hukum. Tetapi bagi kader PKS merupakan perkara yang melanggar asas-asas keislaman. Yakni bersentuhannya wanita (sang pemijit) dengan orang yang dipijit. Bersentuhan sebatas tangan saja bukan yang lain lho…….(maksudnya??? :p). Maka tindakan internal pun segera dilakukan, Keputusannya dari Dewan Syari’ah, dan kader tersebut pun terancam di cabut hak-haknya.
Nah loh…. Mang enak jadi Wakil Rakyat dari PKS. Sudah beban amanahnya berat. Trus seolah ada kamera CCTV yang mengintai dimana-mana.
Belum lagi kalau kader-kader itu belum bisa berbuat banyak untuk islam, maka terdengarlah suara-suara nyaring dari sudut lain. Diantaranya Hizbut Tahrir Indonesia dkk. “Ngapain aja lu di pemerintahan ???!!? “ (bisiknya). Trus kalo kader tersebut kurang paham terhadap agama terutama pemahaman mengenai Al-qur’an dan Hadis, maka terdengar suara-suara miring membangun dari santri-santri Salafi… “Amal tanpa Ilmu,, TERTOLAK”….. kwkwkwkwk…..:P

Nah, jadi bisa dipastikan, dengan edukasi yang istimroryah, dan prefentif system yang terbangun secara sengaja maupun tidak. Maka kader-kader yang layak maju di PKS hanyalah orang-orang yang berkharakter kuat, bertanggungjawab penuh, serta memiliki integritas yang tinggi yang siap akan maju dan layak sebagai pemimpin dari PKS.
Mereka sesama kader kalau perlu saling menolak amanah, biar si anu ja yang maju, jangan saya. Mendingan saya jadi pengusaha……hehehe…
Karena sungguh berat akan tanggung jawabnya akan sebuah amanah wakil rakyat. Amanah wakil rakyat bukanlah kedudukan, jabatan, atau malah mata pencaharian, tetapi lebih jauh adalah TANGGUNG JAWAB dan PENGABDIAN.

Yuk kita pilih pemimpin yang bener. Jangan pemimpin jadi-jadian. Pemimpin yang bener adalah pemimpin yang dibentuk oleh proses. Pemimpin yang dibentuk oleh PKS.

Closing statemennya…. :

9 April 2009 …….. Pilih PKS …….PKS itu nomor 8
Nomor 8 itu PKS
Bersih, Peduli , Profesional……  :-D

11:14 PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar